Selasa, 25 Juni 2013

MODUL MENERAPKAN SANITASI DI LINGKUNGAN PERUSAHAAN PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN



MODUL I
DEFINISI SANITASI

Ilmu sanitasi adalah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip yang akan membantu dalam memperbaiki, mempertahankan atau mengembalikan kesehatan yang baik pada manusia.
Sanitasi adalah upaya penghilangan semua faktor luar makanan yang menyebabkan kontaminasi dari bahan makanan sampai dengan makanan siap saji. Kemudian sanitasi juga merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit. Untuk mempraktikan ilmu sanitasi seseorang harus mengubah segala sesuatu dalam lingkungan yang dapat secara langsung maupun tidak langsung membahayakan terhadap kehidupan manusia terutama aspek kesehatan. Bahaya-bahaya tersebut dapat berasal dari aspek biologis, kimia dan fisik. Namun, aspek biologis terutama mikroba lebih banyak berkaitan dengan ilmu sanitasi. Keterkaitan ini disebabkan karena produksi penyakit dan produksi senyawa-senyawa dari proses pembusukan atau dekomposisi oleh mikroba.
Tujuan sanitasi adalah mencegah kontaminasi bahan makanan dan makanan siap saji sehingga aman dikonsumsi oleh manusia.
Sanitasi pangan merupakan salah satu syarat untuk tercapainya keadaan yang aman dan sehat jika masyarakat mengkonsumsi suatu produk pangan. Hal ini dikenal juga dengan istilah keamanan pangan. Industri pangan menerapkan GMP (Good Manufacturing Practices) untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi pada produk pangan.
GMP adalah praktik pengolahan dan sanitasi pangan yang baik untuk menjamin bahwa produk pangan aman untuk dikonsumsi.
GMP mempunyai 4 area utama yaitu :
1.      Personal
2.      Bangunan atau gedung dan fasilitasnya
3.      Peralatan dan perlengkapan
4.      Control produksi dan rosesnya
Fokus utama dari area GMP itu adalah proses pengendalian sanitasi yang diatur melalui SSOP (Sanitary Standard Operating Procedures) yaitu prosedur yang ditetapkan secara spesifik tahap demi tahap untuk proses-proses yang berkaitan dengan sanitasi. FDA (Food and Drug Administration) telah mentepkan delapan bidang kunci kondisi sanitasi untuk SSOP.
            Kondisi sanitasi baik yang ditetapkan FDA adalah :
1.      Keamanan air yang kontak dengan makanan atau permukaan yang kontak dengan makanan terutama digunakan dalam pembuatan es.
2.      Kondisi/kebersihan permukaan yang kontak dengan makanan termasuk peralatan, sarung tangan, dan baju luar.
3.      Pencegahan kontaminasi silang (cross  contamination) dari benda-benda yang tidak saniter pada makanan, bahan pengemas makanan, dan permukaan lain yang kontak dengan makanan
4.      Pemeliharaan pencucian dan sanitasi tangan, dan fasilitas toilet
5.      Perlindungan makanan, bahan pengemas  makanan,dan permukaan yang kontak dengan makanan dari pencemaran (adulteration) dengan bahan pelumas, bahan baker, pestisida, senyawa pembersih cemaran bahan kimia, fisik dan biologis lain.
6.      Pelabelan, penyimpanan dan penggunaan senyawa toksik yang tepat.
7.      Pengawasan kondisi kesehatan karyawan yang dapat mengakibatkan kontaminasi mikrobiologis makanan, bahanpengemas makanan, permukaan yang kontak dengan makanan.
8.      Penghilangan hama dari pabrik makanan   


MODUL II
BAKTERI INDIKATOR SANITASI

Bakteri indicator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam bahan pangan menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut perneh tercemar oleh kotoran manusia. Bakteri indicator sanitasi tersebut pada umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia. Jadi keberadaannya bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air atau makanan pernah mengalami kontak dengan kotoran yang berasal dari usus manusia sehingga mengandung bakteri pathogen lainnya yang berbahaya.
Ada 3 jenis bakteri indicator sanitasi yaitu kelompok Streptococcus (Enterococcus) fekal, Clostridium perfringens dan Escherichia coli.

A.     Streptococcus (Enterococcus) fekal
Streptococcus (Enterococcus) fekal merupakan bakteri bukan pembentuk spora yang ditemukan dalam usus manusia dan relatif tidak banyak di uji sebagai indikator sanitasi karena beberapa spesiesnya ditemukan di luar usus manusia. Korelasinya dengan terdapatnya patogen dianggap tidak bagus.
B.     Clostridium perfringens
Clostridium perfringens adalah bakteri pembentuk spora yang sering ditemukan dalam usus manusia. Bakteri ini jarang digunakan sebagai indikator sanitasi karena metodenya kurang spesifik kadang-kadang ditemukan diluar usus manusia seperti pada tanah, debu, lingkungan dan sebagainya.
C.      Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri yang banyak digunakan sebagai indicator sanitasi karena bakteri ini merupakan bakteri yang banyak terdapat pada usus manusia yang umumnya bukan pathogen penyebab penyakit sehingga pengujiannya tidak membahayakan dan relative tahan hidup di air sehingga dapat di analisis kberadaannya di dalam air . Keberadaan Escherichia coli dalam air atau makanan dianggap memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya pathogen pada pangan.
Escherichia coli memiliki bentuk batang yang tidak terbentuk spora dan merupakan flora normal di usus. Keberadaan Escherichia coli di dalam air minum menunjukkan bahwa air minum tersebut pernah terkontaminasi dengan kotoran manusia dan mungkin dapat mengandung pathogen usus. Olek karena itu standar air minum masyarakat Escherichia coli harus tidak ada setiap 100 ml air. 


MODUL III
SUMBER-SUMBER KONTAMINASI PANGAN

            Kasus keracunan makanan yang terjadi disebabkan oleh kontaminasi makanan oleh mikroorganisme tersebut dapat menimbulkan penyakit seperti kasus keracunan. Keracunan makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
1.  intoksikasi
            Intoksikasi yaitu keracunan makanan akibat toksin yang diproduksi oleh mikroorganisme. Mikroba yang tumbuh dalam makanan akan memproduksi senyawa yang bersifat larut dan beracun. Bila makanan yang mengandung toksin tersebut dikonsumsi akan dapat menyebabkan penyakit. Mikroorganisme yang menimbulkan jenis keracunan makanan adalah staphylococcus aureus, clostridium botulinum, c. perfringens, bacillus aureus, vibrio parahaemolyticus.
2.     infeksi
            infeksi yaitu masuknya mikroba kedalam alat pencernaan manusia. Mikroba akan tumbuh berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Dalam infeksi toksin diproduksi ketika organisme sedang tumbuh, tetapi gejala penyakit yang utama bukan dihasilkan oleh adanya toksin dalam makanan ketika dikonsumsi melainkan mikroba itu sendiri. Mikroorganisme yang menimbulkan infeksi melalui makanan adalah brucella sp, E. coli, Salmonella sp, Streptococcus, Vibrio cholera.
            Umumnya mikroba yang tumbuh pada makanan ini dibawa medium pembawa yang kontak langsung maupun tidak langsung dengan makanan . medium pembawa tersebut adalah :
A.     Pekerja atau Manusia
            Pekerja yang menangani makanan dalam suatu industri pangan merupakan sumber kontaminasi yang penting, karenakandungan mikroba pathogen pada manusia dapat menimbulkan penyakit dan ditularkan melalui makanan.
            Manusia yang sehat mampu membawa mikroba seperti Escherecia coli,  Staphylococcus aureus, Salmonella, C. perfringen, Bacillus cereus dan Streptococcus dari tinja. Streptococcus umumnya terdapat dalam hidung, mulut dan tenggorokan serta dapat dipindahkan dalam makanan.

B.     Hewan
            Hewan dapat menjadi medium pertumbuhan dan penyebaran penyakit. Pada industri pangan yang menjadikan hewan sebagai bahan baku, diharapkan sangat penting untuk dilakukan pemeriksaan. Semua hewan membawa debu, kotoran dan mikroba. Hal ini termasuk hewan peliharaan rumah tangga seperti anjing dan kucing. Apabila hewan tersebut diizinkan berada di dekat makanan, maka makanan itu dapat menjadi kontaminasi.
            Staphilococcus  aureus merupakan penghuni dari hidung, mulut, tenggorokan dan kulit dari hewan ternak. Tetapi sebagian besar yang terdapat adalah dalam bentuk koagulasi negatif. Selain itu sterptokoki fekal, Clostridium perfringens, salmonella, dan koliform merupakan penghuni alat percernaan ternak.

2. Unggas
            Unggas adalah hewan yang mengandung salmonela terbanyak termasuk  galur-galur  patogenik terhadap manusia. Oenyakit perut oleh salmonella pada manusia sebagian disebabkan oleh produk-produk unggas tertama telur. Pada telur yang sudah mengandung  S. Typhimurium dapat menyebabkan penyakit typhus. Kulit-kulit telur merupakan sumber salmonella yang dapat mengkontaminasi isi telur bila kulit dan membranya terluka atau telur dipecahkan. Oleh karena itu makanan yang mengandung produk-produk unggas perlu diperhatikan secara khusus misalnya denagn mencuci bersih telur yang akan digunakan. Selain itu salmonella unggas dapat merupakan sumber Staphylococcus aureus bila kulitnya terluka dan terinfeksi oleh bakteri tersebut.

3. Hewan Peliharan
            Hewan peliharaan seperti anjing dan kucing banyak mengandung salmonella yang diperoleh dari makanan anjing yang terkontaminasi. Oleh karena itu hewan peliharaan sebaiknya tidak berkeliaran diareal persiapan, pelayanan dan penyimpanan makanan. Pekerja yang telah memegang hewan harus mengganti baju dan mencuci tangannya dengan baik sebelum menangani makanan.

4.     Binatang Pengerat
            Tikus  dapat mengkontaminasi makanan selama transportasi, penggudangan
dan dalam ruangan persiapan pangan. Tikus membawa organisme penyakit pada kulit dan atau pada alat pencernaan yang berasal dari makanan yang sudah terkontaminasi. Salah satu organisme pembawa penyakit tersebut adalah Salmonela typhimurium, S. enteridis, dan S. Newport. Kontrol terhadap tikus ini penting dan harus dijaga dari tempat-tempat dimana makanan disimpan.

5.     Serangga
            Lalat yang sering berdekatan dengan manusia dan paling sering ditemukan dalam pabrik makanan adalah Musa domestica. Tempat-tempat berkembang biak lalat yang paling disukai adalah kuku hewan, kotoran manusia, sampah dan selokan. Oleh karena itu, kaleng-kaleng atau wadah-wadah sampah yang terbuka merupakan ancaman bagi sanitasi yang baik. Lalat sering membawa organisme-organisme penyakit dalam bagian-bagian mulut, pencernaan, kaki dan jari-jarinya. Karena serangga-serangga memakan kotoran-kotoran, semuanya dapat mengandung pathogen usus yang berasal dari manusia maupun hewan diantaranya Salmonela.     
Kecoa sering dijumpai dalam pabrik makanan. Hewan ini biasanya meninggalkan bau khas pada benda dan mengotori dengan fases yang agak cair. Kecoa suka dengan makanan yang berpati, keju dll. Tetapi juga memakan hewan-hewan mati, kulit, dan kertas dinding. kecoa sering mengkontaminasi  makanan dan peralatan dengan membawa kotaran-kotaran  yang mengandung patogen pada kaki dan tubuhnya. Nyamuk dan ngengat sering  terdapat  pada tempat-tempat pengolahan makanan  dan dapat membawa organisme penyakit dan mengkontaminasi makanan. Hewan ini suka tempat yang hangat.

C. Debu dan Kotoran
Debu dan kotoran terdiri atas tanah, kulit mati, bulu-bulu halus dan berbagai partikel lainnya. Debu dan kotoran ini sangat mudah tertiup ke makanan setelah terbawa ke dapur melalui pakaian dan sepatu. Tanah mngandung bakteri Clostridium perfingens penyebab keracunan makanan dan banyak lagi yang lainnya.

D. Udara dan Air
Udara mengandung bakteri dan beberapa diantaranya dapat melekat pada makanan yang ditinggalkan dalam keadaan terbuka.

E. Makanan Mentah
Makanan mentah mengandung bakteri ketika mereka tiba di tempat pengolahan makanan. Daging mungkin mengandung bakteri yag semula berada di usus hewan. Mungkin juga daging itu terkontaminasi oleh bakteri ketika hewan tersebut di bunuh. Air daging juga mengandung bakteri. Bakteri penyebab keracunan makanan yang disebut salmonella hidup di dalam usus kebanyakan ayam. Sebagian besar unggas mungkin terkontaminasi bakteri ini. Kebanyakan buah dan sayur mengandung bakteri. Sayuran yang berasal dari akar seperti kentang, wortel mengandung bakteri tanah diatasnya. Apabila ikan benar-benar masih segar mungkin tidak banyak mengandung bakteri

F. Buangan (sampah)
Sampah terutama sampah dapur mengandung makanan busuk. Sisa-sisa makanan, sisa-sisa kupasan yang semuanya mengandung bakteri. tempat sampah yang terbuka akan meanarik lalat dan hama lainnya yang kemudian membawa bakteri ke makanan.


MODUL IV
KERACUNAN MAKANAN

Sepuluh hal yang dapat menyebabkan keracunan makanan ketika memakan makanan :
1.      Makanan disiapkan terlalu lama sebelumnya, dan disimpan dalam suhu yang hangat (berbahaya)
2.      Makanan menjadi dingin terlalu lama sebelum dimasukkan ke dalam kulkas
3.      Pemanasan makanan tidak cukup untuk membunuh semua bakteri yang ada di dalamnya
4.      Orang memakan makanan yang telah terkontaminasi bakteri penyebab keracunan makanan.
5.      Makanan yang kurang matang
6.      Daging unggas yang tidak benar-benar dicairkan
7.      Makanan yang telah di masak terkontaminasi silang oleh makanan mentah
8.      Makanan panas disimpan dalam keadaaan hangat, pada suhu kurang dari 63OC       
9.      Orang yang menangani makanan menginfeksikan ketika menangani makanan
10.  Sisa-sisa makanan digunakan kembali

Tipe keracunan makanan dan gejalanya
Tipe keracunan makanan
Dimana bakteri ditemukan
Waktu membelah diri
Gejala-gejala
Salmonella 80-90%
Daging mentah, telur, ternak unggas, binatang
6-72 jam
Sakit perut, diare, demam, muntah, dehidrasi
Clostridium perfingens 5-15%
Daging mentah, tanah hasil ekskresi, serangga
8-22 jam
Sakit perut, diare
Staphylococcus aureus 1-4%
Kulit, hidung, luka, bisul, susu mentah
1-6 jam
Muntah, sakit perut, kedinginan


MODUL V
JENIS-JENIS SANITAIZER

            Sanitaizer atau desifektan adalah bahan yang digunakan untuk mereduksi jumlah mmikroorganisme pathogen dan perusak didalam pengolahan pangan dan pada fasilitas dan perlengkapan persiapan makanan.
            Syarat-syarat sanitaizer yang ideal adalah :
a.       Sifat-sifat dekstruktif terhadap mikroorganisme
b.      Tahan terhadap lingkungan
c.       Sifat-sifat membersihkan yang baik
d.      Tidak beracun dan tidak menyebabkan iritasi
e.       Larut dalam air dalam berbagai perbandingan
f.        Bau dapat diterima atau tidak berbau
g.       Mudah digunakan
h.      Stabil dalam larutan pekat atau encer
i.         Banyak tersedia
j.         Murah
k.       Mudah diukur dalam larutan yang telah digunakan
            Jenis-jenis bahan sanitasi yang utama adalah:
1.      Sanitasi panas
      Sanitasi panas adalah bahan sanitasi dengan menggunakan uap panas dan air panas.
2.      Sanitasi radiasi
Sanitasi radiasi adalah bahan sanitasi yang menggunakan sinar ultra violet dengan panjang gelombang 2500 A untuk menghancurkan mikroorganisme.
3.      Sanitasi kimia 
Sanitasi kimia adalah bahan sanitasi yang menggunakan bahan-bahan kimia. Penggolongan bahan kimia berdasarkan senyawa kimia adalah yang mematikan mikroorganisme yaitu : senyawa pelepas klorin, quaternary ammonium compound, iodophor, senyawa amfoterik

1.     Senyawa klorin
            Senyawa-senyawa klorin yang berfungsi sebagai sanitaiser dapat dikelompokkan menjadi khlorin cair, hipokhorit, khloramin anorganik, khloramin organic khlorin dioksida.. hipokhlorit adalah sanitaiser yang paling banyak digunakan dalam industri pangan, tetapi ada sejumlah senyawa khlorin lain yang digunakan dalam jumlah terbatas seperti Cl2. hipokhlorit adalah senyawa yang paling aktif dan efektif dalam menonaktifkan sel-sel mikroorganisme dalam suspensi air dam  yang membutuhkan waktu kontak kira-kira 1,5-100 detik.
            Cara kerja dari senyawa khlorin ini adalah mempengaruhi fungsi membran sel, terutama transport nutrient ekstraseluler, karbohidrat dan asam amino tidak dapat diambil oleh sel-sel yang telah diberi perlakuan khlorin.
            Keuntungan dari senyawa khlorin dibandingkan desinfektan lain adalah :
1.      Kerjanya cepat
2.      Nonselektif dalam mematikan semua jenis sel-sel vegetatif
3.      Biaya penggunaannya paling rendah
4.      Pembilasan peralatan setelah penggunaan umumbya tidak diperlukan
            Kelemahan senyawa khlorin :
1.      Tidak stabil karena agak cepat hilang oleh panas atau oleh kontaminasi dengan bahan organic
2.      Sangat korosif terhadap stainless steel dan logam lain
3.      Waktu kontak yang terbatas dengan peralatan
 
2.     quaternary ammonium compound
            Dibandingkan dengan hipokhlorit, QACs lebih mahal tetapi senyawa ini mempunyai sifat-sifat yang diinginkan. QACs tidak dapat dipengaruhi oleh adanya kotoran organic, monokorosif, efektif pada suhu dan pH yang tinggi. Kelemahan dari senyawa ini adalah QACs sangat efektif pada bakteri gram positif, membentuk film pada peralatan penanganan dan pengolahan pangan dan tidak dapat bekerja sama dengan deterjen sintetik.

3.     yodophor,
            Pada umumnya yodium dan asam dipoyodium merupakan senyawa aktif dalam menghancurkan mikroba. Senyawa yodium utama yang digunakan untuk sanitasi adalah larutan yodoform, alcohol yodium, dan yodium cair. Yodofor mempunyai manfaat besar untuk pembersihan dan desinfeksi peralatan dan permukaan-permukaan dan sebagai antiseptic kulit.
            Keuntungan yodofor adalah :
1.      Memiliki kelarutan yang lebih tinggi dalam air
2.      Tidak berbau
3.      Tidak iritasi terhadap kulit
            Kelemahan yodofor adalah :
1.      Harganya mahal
2.      Mudah menguap pada suhu 50OC
3.      Sangat peka terhadap perubahan pH

4.     senyawa amfoterik
            Beberapa surfaktan amfoterik terutama adalah detergen dengan daya bakterisidal redah. Senyawa ini tidak dipengaruhi senyawa bahan organic, tidak korosif, tidak beracun, tidak berbau, dan stabil, dalam bentuk encer dalam waktu yang lama. Akan tetapi cenderung membentuk busa dank arena mahal serta aktifitasnya terbatas desinfektan ini terbatas, maka amfoterik tidak banyak digunakan.


MODUL VI
SANITASI PEKERJA

            Higine pekerja yang menangani  makanan sangat penting peranannya di dalam mencegah perpindahan penyakit kedalam makanan.
Syarat-syarat yang penting bagi pekerja :
1.      Kesehatan yang baik. Hal ini di terapkan untuk mengurangi kemungkinan pekerja menjadi tempat penyimpanan bakteri pathogen.
2.      Kebersihan. Hal ini diterapkan untuk mengurangi kemungkinan penyebaran bakteri oleh pekerja.
3.      Kemauan untuk mengerti tentang sanitasi. Hal ini merupakan persyaratan agar program sanitasi berjalan dengan efektif.
            Cara-cara untuk mengawasi higine pekerja dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan ssecara periodic, menjaga kebersihan pekerja (rambut, kulit, tangan, kuku dan pakaian) dan memberikan pendidikan mengenal prinsip-prinsip higene pekerja. Kebiasaan pekerja ketika sedang bekerja seperti membereskan rambut dan memegang bagian tubuh lain yang tidak mendukung higine pekerja harus dihilangkan.
            Fasilitas pencucian tangan harus tersedia dalam kamar ganti pakaian, kamar kecil, dalam dapur dan daerah pelayanan makanan.
            Pakaian pekerja harus bersih, dan bila digunakan lebih dari satu hari harus disimpan dalam lemari. Tutup rambut atau kepala harus digunakan untuk mencegah terjadinya kontak antara rambut dengan makanan. Pekerja harus menggunakan penutup mulut dan hidung saat pekerja untuk meminimalkan kontaminasi ke makanan.
            Menjaga tempat kerja, staf dan peralatan bersih adalah bagian penting dari higinitas makanan, karena pekerja di area yang bersih dapat memberikan keuntungan antara lain :
1.      Mengurangi resiko terjadi produksi makanan yang berbahaya
2.      Mencegah gangguan serangga seperti lalat, tikus dll
3.      Lebih menarik konsumen



     MODUL VII
SANITASI BANGUNAN/RUANG DAN FASILITAS

            Tempat kerja maupun pabrik harus tetap bersih dan rapi dan didesinfeksi secara teratur. Agar kebersihan lebih efektif sebaiknya menggunakan air panas, deterjen dan beberapa usaha pembersihan lainnya secara fisik. Deterjen adalah bahan kimia yang membantu melarutkan minyak dan membuang kotoran. Meskipun permukaan tersebut sudah kelihatan bersih, masih memungkinkan terdapat bakteri.
Untuk membersihkan sesuatu secara teratur, sebaiknya mengikuti tahap berikut ini :
1.      Pre-clean adalah membuang kotoran atau menyingkirkan makanan atau sisa-sisa produksi sebelum dilakukan pembersihan utama. Tahap ini dapat dilakukan dengan menyikat debu yang berasal dari sisa-sisa dan lapisan permukaan alat. Dapat menggunakan kain penggosok untuk menghilangkan noda yang bandel.
2.      Main-clean dilakukan dengan menggunakan air bersih atau air panas dan detergen.harus diperhatikan juga areal yang sulit dibersihkan misalnya bagian sudut.
3.      Pembilasan digunakan air bersih dan lap bersih
4.      Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan larutan desinfeksi dan dibiarkan beberapa saat.
5.      Pembilasan akhir dilakukan dengan menggunakan air bersih dan dilap bersih
6.      Pengeringan dapat dilakukan kering secara alami atau menggunakan pengering steril
  

SANITASI LINGKUNGAN
            Sanitasi lingkungan meliputi sanitasi didalam dan diluar area pengolahan makanan. Sanitasi didalam area harus dimulai dari tata letak peralatan sehingga memudahkan pembersihan dan orang-orang yang bekerja didalamnya. Sedangkan sanitasi diluar area pengolahan lebih berhubungan dengan lingkungan yang mendukung proses pengolahan makanan.

PENANGGULANGAN KONTAMINASI
            Permukaan tempat kerja, pisau, pakaian dan tangan yang tidak dicuci merupakan pembawa untuk memindahkan bakteri ke makanan (kontak tidak langsung). Benda-benda dapat mengkontaminasi makanan selama tahap-tahap proses produksi bahan kimia, termasuk pestisida, pemutih dan bahan lainnya dapat mengkontaminasi makanan apabila tidak digunakan dengan hati-hati.
Upaya untuk mencegah kontaminasi dan keracunan adalah :
1.      Mencegah kontaminasi pada pangan
a.       Menyentuh makanan sedikit mungkin
b.      Menghindarkan makanan dari semua sumber bakteri
c.       Menutup makanan
d.      Memisahkan makanan mentah dari makanan yang sudah dimasak
e.       Menghindarkan hewan dan serangga dari tempat makanan
f.        Membuang sisa makanan dan sampah lain dengan hati-hati
g.       Menjaga tempat sampah tetap tertutup
h.      Menjaga segalanya sebersih mungkin
2.      Menghentikan perkembangbiakan bakteri yang ada pada makanan
  1. Mencegah makanan yang kering menjadi lembab
  2. Bakteri tidak dapat tumbuh tanpa kelembaban
  3. Menyimpan makanan pada suhu penyimpanan yang aman yaitu pada suhu dibawah 5OC atau menyimpan makanan panas diatas 63OC
3.      Memasak makanan hingga benar-benar matang
4.      Mengusahakan tidak menyiapkan makanan sebelum diperlukan
5.      Tidak menyimpan makanan pada zona suhu bahaya (5-63OC) lebih lama dari yang diperlukan
6.      Menghindarkan pemanasan makanan kembali
                       



Tidak ada komentar:

Posting Komentar